Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

MENGENAL MITOS PERNIKAHAN TERLARANG ANTARA SUKU BATAK DAN JAWA


"Cari pasangan yang satu suku, adat dan kebiasaan aja."

Mungkin kalimat itu yang sering kamu dengar di masyarakat, bukan?


Cinta beda suku memang masih dianggap tabu oleh sebagian besar masyarakat yang menjunjung tinggi adat istiadat daerah asalnya. Selain mitos larangan pernikahan suku Sunda dan Jawa, ada juga mitos larangan menikah bagi suku Batak dan Jawa. Kira-kira kenapa suku Batak dan Jawa sulit dipersatukan?



MENGENAL MITOS PERNIKAHAN TERLARANG ANTARA SUKU BATAK DAN JAWA


Larangan menikah bagi suku Batak dan Jawa didasari oleh stereotype karakter masing-masing suku. Banyak orang beranggapan bahwa pernikahan antara suku Batak dan Jawa merupakan penyatuan antara sosok dominan dan submisif (penurut). Suku Batak dianggap memiliki kepribadian dominan, wataknya cenderung keras dan ekspresif. Sebaliknya, Suku Jawa justru dianggap penurut dan lebih plin-plan. Sehingga pernikahan yang menyatukan dua orang beda suku tersebut dikhawatirkan menimbulkan penindasan. Seseorang yang berasal dari Suku Batak selalu dianggap lebih dominan dalam rumah tangga dan rentan menindas pasangannya yang berasal dari Suku Jawa. Padahal, anggapan tersebut tak sepenuhnya benar karena tidak semua karakter suku Batak dan Jawa sama.


Notty J. Mahdi selaku Antropolog Forum Kajian Antropologi Indonesia juga pernah menjelaskan cinta beda suku antara Batak dan Jawa. Menurut Notty, adat istiadat kedua suku tersebut terbilang rumit dalam putaran hidup manusia (life cycle) dan berbeda satu sama lain. Bagi orang Batak, marga sangat penting karena keturunan diperhitungkan berdasarkan garis ayah. Pria Batak yang menikah dengan wanita di luar suku Batak harus mengadakan upacara pemberian marga untuk sang istri sehingga nanti keturunan mereka memperoleh peran dalam adat.


Selain latar belakang karakter dan adat istiadat, pernikahan suku Batak dan Jawa juga dianggap tabu karena identik dengan perbedaan agama. Suku Batak sering dikaitkan dengan agama Kristen, sedangkan suku Jawa dianggap mayoritas menganut Islam. Padahal anggapan tersebut sama sekali keliru. Ada kok suku Batak yang mayoritas beragama Islam, contohnya Batak Mandailing. Masyarakat Suku Jawa juga ada yang menganut agama Kristen. Jadi, pernikahan Suku Batak dan Jawa tidak selalu dilakukan berdasarkan perbedaan agama.


APA SISI POSITIF PERNIKAHAN SUKU BATAK DAN JAWA?


Jangan lelah mengupayakan perjuangan cinta kalau saat ini kamu menjalani hubungan beda suku dengan si dia. Faktanya, pernikahan Suku Batak dan Jawa justru bisa memberikan beberapa sisi positif berikut ini bagi kamu dan pasanganmu.


- Belajar Saling Menghargai Satu Sama Lain


Cinta beda suku membutuhkan rasa saling menghargai agar perasaan tersebut awet dan membuat pernikahanmu langgeng. Pernikahan adalah proses belajar seumur hidup, terutama kalau kamu menikahi pasangan yang berbeda suku denganmu. Kamu dan dia sama-sama harus punya respect satu sama lain terhadap kebiasaan dan karakter masing-masing sehingga bisa menemukan solusi bagi setiap permasalahan hidup.


- Memperkaya Pengetahuan dengan Mempelajari Budaya Pasangan


Perjuangan cinta beda suku juga dapat memperkaya pengetahuanmu tentang budaya lain di luar sukumu. Kamu berkesempatan mempelajari budaya daerah lain bila menikah dengan orang yang tidak satu suku denganmu. Seseorang yang berasal dari Suku Jawa akan banyak diajari dan dilibatkan dalam acara adat Batak yang sarat makna dan meriah. Sebaliknya, seseorang yang berasal dari Suku Batak juga akan diajari dan dilibatkan dalam acara adat Jawa lengkap yang khidmat. Sehingga nantinya rasa cintamu terhadap budaya negeri sendiri akan semakin besar setelah mengetahui kemegahan budaya dan adat istiadat suku lain.


- Mampu Mendidik Anak dengan Perspektif yang Luas


Orang-orang yang menjalani pernikahan beda suku biasanya memandang hidup dari perspektif yang lebih luas, termasuk untuk urusan mendidik anak. Kemungkinan besar kamu dan pasanganmu tak akan ribet mengurus tentang calon pasangan anak atau cita-cita yang dipilih sesuai passion-nya. Perjuangan cinta yang kamu lakukan sebelum menikah membuat kamu dan pasanganmu bersedia membiarkan anak menentukan keputusan secara mandiri.


- Menjalani Kehidupan Rumah Tangga Secara Mandiri


Pernikahan beda suku juga kerap membuat orang-orang yang menjalaninya harus memulai rumah tangga secara mandiri. Kamu harus meninggalkan rumah orang tua untuk merantau ke kota asal pasangan atau kamu dan pasangan sama-sama memilih hidup di tempat yang baru. Meskipun awalnya terasa berat, hal tersebut akan membuat kamu dan si dia berkembang menjadi pribadi yang lebih matang. Kamu dan pasanganmu akan terbiasa menyelesaikan permasalahan rumah tangga secara mandiri tanpa campur tangan pihak keluarga. Urusan mudik ke kampung halaman bisa dilakukan satu hingga dua kali setahun pada momen liburan panjang.


Horasma dihita saluhutna..