Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Apa itu berpikir skeptis?

Salah satu variabel untuk mengasah kemampuan berpikir yang konstruktif dalam kerangka berpikir yang logis dan berkaitan dengan open mindedness adalah dengan menggunakan kemampuan berpikir skeptis. Namun apa sih yang dimaksud dengan kemampuan berpikir skeptis itu??


Mari kita bahas sedikit panjang kali lebar dibawah ini :

Kemampuan otak

Sebenernya skeptisisme itu bukan hal baru. Udah ada setidaknya selama ribuan tahun. Mengutip kata2 Michael Shermer, "Bisa kita lihat lagi pada catatan Plato 2.500 tahun yang lalu yang menyatakan bahwa "skeptisisme adalah pendekatan klaim, dan itu melekat dalam sikap ilmiah". Faktanya nilai yang sangat bagus dari sains pun bisa ditolak jika bukti yg dimiliki tidak sesuai dengan klaim".


Hampir sama seperti Shermer, Carl Sagan menilai bahwa “Salah satu perintah besar sains adalah, 'Argumen ketidakpercayaan dari otoritas/pihak berwenang.' Terlalu banyak argumen seperti itu terbukti terlalu salah. Pihak berwenang harus membuktikan perselisihan mereka seperti orang lain".


Orang kadang suka bingung membedakan istilah skeptis dan sinis. Skeptis berasal dari bahasa Yunani, yaitu skeptikos, yang berarti "bertanya" atau "melihat sekeliling". Skeptis menentukan nilai kebenaran klaim sesuai dengan tingkat bukti. Seberapa hebat pun reputasi individu, otoritas/pihak berwenang, atau bahkan pernyataan seorang ahli tidak membuat sebuah klaim tersebut menjadi benar, tapi buktilah yg menentukan apakah klaim tersebut benar. Skeptisisme adalah metode yang digunakan untuk mempertanyakan validitas klaim tertentu. Singkatnya, skeptisisme membutuhkan bukti agar klaim dapat diterima sebagai fakta (atau fakta tentatif).


Naahhh, beda dengan skeptis, kaum sinis tidak menyukai informasi yang bertentangan dengan sistem kepercayaan mereka. Mereka menolak gagasan hanya karena berdasarkan sudut pandang dogmatis dan menunjukkan kepatuhan pada doktrin atas sesuatu yg irrasional. Buat mereka, bukti bukanlah perhatian yg penting. Intinya, sinisme sangat berbeda dari skeptisisme.


Skeptisisme tidak melakukan penelitian/penyelidikan untuk menyatakan bahwa suatu klaim mungkin mendekati kebenaran, namun artinya selalu terbuka akan berbagai kemungkinan dan tidak menutup diri dari kemungkinan2 lain yang akan terjadi. 


Saat saya mengatakan bahwa kita "skeptis", yang saya maksud adalah kita perlu melihat bukti yang valid sebelum mempercayai klaim. Di sisi lainnya, sinis berarti mengambil pandangan negatif dan tidak mau menerima bukti yang sah atas klaim tersebut. Saya pikir skeptisisme itu jauh berbeda dan jauh lebih baik daripada sinis dalam segi konsep berpikir 


Meminta bukti valid dapat dipandang negatif oleh beberapa orang (kaum denial) sebagai sesuatu yang sangat kritis. Sudah banyak juga kan orang menolak ide yang diajukan oleh pemikiran skeptis? 

Entahlah, mungkin mereka takut dengan apa yang mungkin diungkapkan oleh skeptisisme. 


Namun begitu, kebanyakan orang tidak mau skeptis, mereka lebih suka mendengar apa yang ingin mereka dengar berdasarkan informasi yg mereka miliki sebelumnya. Ada yang masih inget salah satu kalimat terkenal dari Socrates? "Yang saya tau adalah bahwa saya tidak tau apa2". Sebenernya pernyataan ini menunjukkan bahwa penting untuk selalu mempraktikkan skeptisisme lhooo  Memiliki pertanyaan atau memiliki rasa ingin tau adalah akar dari pemikiran skeptis, tetapi ga cukup kalo tujuannya cuma untuk mengevaluasi bukti. Artinya adalah skeptisisme tetap berbasis pada evidence/bukti karena jika hanya mempertanyakan tanpa mencari bukti yang valid itu bukan skeptis, melainkan sinis. 


Lagi2 ada 2 pemikiran Michael Shermer yang menarik untuk kita pahami, yaitu :

1. "Skeptisisme modern berkaitan dengan penerapan pemikiran ilmiah. Skeptisisme dari proses evaluasi bukti sistematis diwujudkan dalam metode ilmiah".


2. "Sebuah klaim menjadi faktual ketika sudah dikonfirmasi sedemikian rupa sehingga masuk akal untuk menawarkan kesepakatan sementara. Tetapi semua fakta dalam sains bersifat sementara dan tunduk pada tantangan, dan oleh karena itu skeptisisme adalah metode yang mengarah ke kesimpulan sementara."


Lalu bagaimana kita membangun atau mengasah kemampuan berpikir skeptis? 


Coba deh baca karya2 para skeptis terkemuka seperti James Randi, Michael Shermer (yang tadi beberapa kali saya pake pernyataannya), Benjamin Radford, Daniel Dennett, Sam Harris, dan masih banyak yang lainnya sih sebenernya 


Dalam catatan saya ada 6 langkah yang harus kita lakukan untuk membangun kemampuan berpikir skeptis.


1. Kenali sistem kekebalan ideologi


Maksudnya gimana ya sistem kekebalan ideologi? 


Dalam kehidupan sehari2 maupun dalam ilmu pengetahuan, hampir dari kita semua menolak perubahan paradigma mendasar, dan Jay Snelson (ilmuwan sosial) menyebut bahwa perlawanan ini sebagai "sistem kekebalan ideologis.


Menurut Snelson, semakin banyak pengetahuan yang dikumpulkan individu di area tertentu, dan semakin mapan orang merasa teori mereka benar, maka semakin besar kepercayaan mereka pada keyakinan mereka. Skeptis dan non-skeptis telah membentuk sistem kekebalan ideologis.


Kamu ga bisa selalu bersikap skeptis tentang segala hal karena itu membutuhkan terlalu banyak waktu dan sumber daya yang berlebihan. Berusahalah untuk menjadi skeptis praktis dan investasikan energimu untuk mempertanyakan klaim dan asumsi yang kamu anggap paling penting. (Jay Snelson).


2. Pertimbangkan penjelasan alternatif untuk sesuatu yang selalu kamu percaya


Coba deh untuk melihat sesuatu dari sisi yang lain (pikirkan klaim atau argumen yang berlawanan), lalu kumpulkan semua data yang tersedia, dan cobalah membantah keyakinan kamu sendiri. Artinya ketika kita mempercayai suatu hal, kita coba melihat dari perspektif yg bersebrangan dengan apa yg kita percaya, kumpulin data2nya, trs kita coba membantah apa yang kita percaya sendiri


3. Kenali pengaruh efek ekspektasi dan bagaimana pengaruhnya terhadap apa yang kita lakukan dan tidak lihat (ini sering banget dimanfaatkan oleh pesulap). 


Sering banget kan kita melihat pesulap memainkan suatu permainan, lalu kita berekspektasi akan sebuah jawaban, ternyata plot twist nya selalu berbeda dengan apa yang kita harapkan? 


4. Edukasi diri kamu sendiri tentang aturan logika (deduktif dan induktif), prinsip penelitian, statistik yang digunakan dalam penelitian, dan masalah keandalan dan validitas tentang bukti ilmiah. Mengenali bukti yang berkumpul (bukti dari berbagai metode dan dari berbagai peneliti yang berkumpul pada satu titik) sebagai bukti tingkat atas.


5. Sadarilah ada berbagai tingkat kebenaran, tapi tidak ada kebenaran mutlak. Keyakinan bersifat tentatif dan dapat berubah, dan keyakinan berubah sesuai dengan tingkat bukti yang mendukungnya.


6. Jangan menjadi korban titik buta bias. Contohnya seperti ketika kamu sadar bahwa orang lain bias, tetapi kamu gagal mengenali bias kamu sendiri. 


Ada banyak sekali penelitian yang menunjukkan bahwa manusia rentan terhadap berbagai bias sadar dan tidak sadar (yang mencerminkan bias tanpa kesadaran akan bias). Seringkali ketika kita sedang berpikir akan sesuatu, pemikiran kita menjadi bias. Terlebih ketika kita berdiskusi dengan orang lain. 


Sering banget kan kita tau kalo orang lain pemikirannya bias? Tapi seringkali juga kita ga bisa menyadari bahwa kita pun sedang dalam pemikiran bias.


6 point langkah tersebut cuma beberapa pandangan aja yang mungkin bisa membantu membangun kemampuan berpikir skeptis (Skeptical Thinking Skill). Hal terpenting tujuannya adalah untuk menemukan keseimbangan antara berpikir skeptis dan berpikir dengan pikiran terbuka (Open mindedness). 


Salah satu quotes Carl Sagan yang sangat bagus menurut saya :


"Jika Anda hanya skeptis, maka tidak ada ide baru yang berhasil anda ciptakan. Anda tidak pernah belajar sesuatu yang baru. Anda menjadi orang tua yang lalai dengan keyakinan bahwa omong kosong sedang menguasai dunia. Di sisi lain, jika Anda terbuka pada titik mudah tertipu (gulliability) dan tidak memiliki sedikit pun rasa skeptis dalam diri Anda, maka Anda tidak dapat membedakan ide yang berguna dari yang tidak berharga. Jika semua ide memiliki validitas yang sama maka Anda akan tersesat."


Saya kira lumayan pegel juga yaa ngetik sepanjang ini.

Semoga catatan singkat ini cukup membantu kita semua dalam upaya membangun kemampuan berpikir skeptis. 

Terima kasih sudah membaca.