Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Albiner Siagian - 113 DAN IMPIAN SANG MAESTRO NAHUM SITUMORANG

113 DAN IMPIAN SANG MAESTRO ITU!

"Mambahen masihol, saluhut ni nasa bangso, mamereng ho, o Tao Toba na uli. (Membuat segenap bangsa merasa rindu untuk melihatmu, wahai Danau Toba yang indah)."-- Nahum Situmorang


14 Februari 2021, adalah peringatan 113 tahun hari kelahiran Sang Maestro musik Batak, Nahum Situmorang, yang legendaris itu.


Rasanya, tidaklah berlebihan kalau kita mendaulat Nahum Situmorang sebagai salah seorang pemusik dan pencipta lagu Batak terbaik yang pernah dilahirkan.


Pada jamannya, Nahum Situmorang sudah beranjak keluar dari mainstream bermusik orang Batak, pada umumnya. Musik/lagu Batak yang umumnya bernada pentatonik pada masa itu dan sebelumnya telah ditinggalkannya.


Nahum Situmorang tidak hanya meninggalkan nada pentatonik itu dalam hampir semua lagunya/musiknya, tetapi juga memasukkan hampir semua irama musik ke dalam lagu ciptaannya. Akan tetapi, dia tidak lupa irama andung, sebagai salah satu irama musik tradisional Batak. Pembaca dapat menyimaknya pada lagunya yang berjudul "Nahinali Bakkudu." Konon, lagu ini ditujukannya kepada dirinya.


Lagu Nahum kaya akan nada dan harmoni. Silahkan pembaca mendengar lagu "Ro Ho Saonari". Nada rendah dan tinggi berpadu dalam harmoni menghasilkan suatu komposisi nada yang apik. Untuk irama jazz, jangan ditanya. Sederet lagunya berirama jazz. Ambil saja Napinalu Tulila, sebagai salah satu contohnya. Gleen Nainggolan menyanyikannya dengan amat pas, diiringi petikan gitar akustik Vico Pangaribuan dan dentingan piano Gleen. Anda akan larut terbuai irama jazzynya. Ada lagi "Dang Huorai Ho Marheppiheppi."


Lagu berirama gembira, seperti dansa, rumba, cha-cha tak ketinggalan. Siap-siaplah telinga Anda dimanjakan oleh lagu Lissoi, Marombusombus, dan Pulo Samosir. Itu hanyalah contoh kecil. 


Ada satu lagunya, yaitu "Na Sonang do Hita Nadua", yang terbuka untuk dinyanyikan dalam berbagai irama. Mendiang Bill Saragih, Sang dedengkot jazz itu, telah mengemasnya dalam irama jazz dan bossanova. Tetap saja enak didengar.


Tema lagunya juga luas. Soal percintaan, itu sudah pasti. Soal penghormatan kepada orang tua dan nasihat orang tua jamak. Sebagian pembaca tentu mengingat lagu "Poda" itu. Perihal kecintaan kepada alam dan budaya Batak, apalagi. Lagu Rura Silindung berirama mendayu-dayu itu adalah wujud kecintaan dan kekagumannya kepada daerah Silindung yang terkenal dengan lembah (rura) dan penduduknya itu. Lagu "Alusi Au", yang amat terkenal itu, menceritakan kegigihan orang Batak bersekolah. Tentu saja, lagu ini menginspirasi keluarga Batak untuk bersekolah setinggi-tingginya, walaupun pada lagu itu Nahum bercita-cita lain. Dia hanya mendambakan kasih sayang gadis pujaannya.


Di atas semua itu, ada satu lagu ciptaan Sang Maestro ini yang amat fantastis. "O Tao Toba". Ya, lagu O Tao Toba.


Sebagai seorang putera Pulau Samosir, sebuah pulau di Tengah Danau Toba, Nahum paham betul keindahan danau (tao) itu. Kekagumannya akan keindahan Danau Toba itu diekspresikannya dengan sempurna pada lagu itu, baik syair maupun nadanya. Tak hanya kagum, pandangan visionernya terhadap Danau Toba, yang disebutnya sebagai "Raja ni Sudena Tao (The King of all Lakes)", dapat kita simak pada lagunya berikut:


Angka dolok na timbo 

Do manghaliangi ho 

O Tao Toba na uli 

Tapianmu na tio 

I tongtong di bahen ho 

Dalan lao tu pulomi 


Hauma na tung bolak

Adaran na pe lomak 

Di pangisi ni luatmi 

Pinahan na pe rarak 

Pandaraman pe bahat 

Nahumaliang topimi 


Reff... 

O Tao Toba Raja ni sude na tao 

Tao na sumurung na lumobi ulimi 

Molo huida rupami sian na dao 

Tudos tu intan do denggan jala uli


Barita ni hinaulim 

Di tano on 

Umpama ni hinajogim 

Di portibi on 

Mambahen masihol 

Saluhut ni nasa bangso 

Mamereng ho 

O Tao Toba na uli..


Nahum menggambarkan keindahan Danau Toba sebagai intan, raja semua danau, dan air yang jernih, yang dikelilingi gunung yang tinggi  (natur) dengan Pulau Samosir di tengahnya yang dihuni oleh etnis Batak dengan budayanya (kultur). Sejatinya inilah jati diri Kawasan Danau Toba: keindahan natur dan keunikan kultur. Dengan kata lain, Nahum sudah sejak dahulu mengingatkan kita untuk menjaga kelestarian natur dan kultunya.


Oleh karena itu, kalau Nahum Situmorang jauh-jauh hari telah berkata bahwa Danau Toba akan dirindukan seluruh bangsa, mengapa kita tak mewujudkannya? 


RIP Sang Maestro! Kami akan selalu mengenangmu!