Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

NA HINALI BAKKUDU by NAHUM SITUMORANG

NA HINALI BAKKUDU

Salah satu lagu yang fenomenal ciptaan Nahum Situmorang, Sang Maestro musik Batak itu, adalah Na Hinali Bakkudu. Lagu ini menjadi fenomenal karena dia sarat makna. Pemilihan diksi untuk mengungkapkan perasaan penciptanya di luar mainstream lirik lagu Batak. Mungkin juga diksi itu menggambarkan suasana hatinya. Mari kita simak syair lagu Na Hinali Bakkudu berikut:


Na hinali bakkudu na sian bona ni bagot

Beha ma ho doli songon boniaga so dapot

Uee amang doli ho amonge

Gari, boniaga so dapot lakku dope basaonan

Beha ma ho doli tardok ma ho parsombaonan

Uee amang doli, ho amonge

Atik, parsombaonan bolas dope na pinele

Beha ma ho doli suman buruk-buruk ni rere

Uee amang doli, ho amonge...


Reff:

Mate ma ho amang doli

Mate di paralang-alangan, da amang

Mate di porauauran

Mate ma ho amang doli

Mate di paralang-alangan, da amang

Mate di porauauran


Konon, lagu ini diciptakan Nahum Situmorang untuk mengekspresikan kepatahhatiannya kala itu karena cintanya tak kesampaian. Dia menggambarkan dirinya sebagai seonggok tubuh yang tak berharga lagi. 

Dalam lagunya itu, ketidakberhargaan atau ketidakberdayaan dirinya pertama-tama digambarkannya dengan memilih kata boniaga so dapot/so lakku (dagangan tak laku). Rupanya, itu belum cukup. Selanjutnya dia menyatakan bahwa dagangan tak laku masih bisa dijual kembali pada pekan depan. Oleh karena itu, diksi yang tepat adalah parsombaonan (tempat-tempat angker yang biasanya kepadanya diberi sesajen). Itu pun masih belum pas, karena ke parsombaonan masih ada orang yang datang untuk mempersembahkan sesajen. Pilihan kata akhir yang paling tepat, menurut Nahum, adalah buruk-buruk ni rere.


Buruk-buruk ni rere adalah tikar yang sudah buruk, kumal, kusam, rapuh, dan getas (mudah koyak hanya karena disentuh). Biasanya, buruk-buruk ni rere tak berharga lagi. Dia harus dibuang dari sokkor (loteng rumah) yang padanya dia digantungkan karena itu hanyalah sarang bagi kelabang dan lipas.


Pada bagian refrain dan akhir lagunya, Nahum  melengkapi kenestapaannya dengan berkata: "Mate ma ho amang doli, mate di paralang-alangan da amang, mate di poraurauran). Klimaksnya, kisah Sang Pengagum Cinta berakhir di kematian sia-sia di tengah jalan. Barangkali, yang dimaksudkannya adalah meninggal sebelum menikah. Dan, itu dinyatakannya dua kali.


RIP Sang Maestro! Kalaulah lagumu itu adalah ungkapan kesedihanmu yang mendalam, kehadiranmu di negeri ini, khususnya di Bangso Batak, takkan pernah sia-sia. Legacymu akan selalu menjadi inspirasi dan kenangan manis bagi kami.


*Bakkudu (Kidukidu) adalah sejenis ulat yang hidup di batang pohon enau/aren yang sudah tumbang dan membusuk. Bakkudu kaya protein. Dia adalah makanan bergizi.


**Biasanya, di daerah Tapanuli pekan hanya dibuka sekali seminggu (sepekan).

By Albiner Siagian